• Jelajahi

    Copyright © POSMETRO.ID
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Kriminal

    'Tetap Merdeka’ di Tengah Era Abundance of Information

    03 November 2017, November 03, 2017 WIB Last Updated 2017-11-03T08:19:00Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Oleh :
    Arafah Pramasto,S.Pd.
    (Penulis Lepas & Blogger Kesejarahan1)

    Penggunaan teknologi memberi kemungkinan manusia untuk memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup ataupun untuk berinteraksi sesamanya. Sejarah bangsa Indonesia ikut menyaksikan masuknya perkakas-perkakas modern yang diperkenalkan bangsa Barat – utamanya adalah Belanda – pada masa kolonial (penjajahan).

    Diawali dengan penggunaan senjata api sebagai peralatan utama untuk menundukkan perlawanan kerajaan-kerajaan lokal. Belanda lalu memperkenalkan penggunaan teknologi
    informasi maupun transportasi, keduanya diterapkan oleh pemerintah kolonial hanya untuk kepentingan penjajahan semata.

    Pulau Sumatera sebagai salah satu wilayah terpenting setelah Jawa-Madura, tentu ikut merasakan dampak dari perkembangan sejarah tersebut, termasuk diantaranya adalah Sumatera Selatan.

    “Teknologi” Penjajahan : Informasi, Transportasi, & Eksploitasi Pemerintah Hindia-Belanda mulai menerapkan teknologi pengiriman informasi yang lebih cepat melalui medium elektromagnetik pada abad ke-19. Awalnya, pemerintah kolonial membuka hubungan Telegraf antara Batavia dan Bogor sejak 23 Oktober 1856, setahun berikutnya ikut dibuka hubungan Telegraf dari Batavia ke Surabaya.

    Pada tahun 1859, bersamaan dengan saluran Telegraf di Jawa yang telah yang sudah mencapai panjang 2800 km, pemerintah Hindia Belanda dengan memanfaatkan cabang Telegraf Muntok-Palembang berusaha membuka hubungan memakai kabel laut antara Batavia dan Singapura, meskipun awalnya sempat terputus. Setidaknya pada akhir abad ke-19 Pulau Jawa sudah memiliki
    hubungan Telegraf dengan Pulau Sumatera sampai Pulau Weh di utara Aceh.

    Dengan teknologi ini, komunikasi yang berkaitan dengan jual-beli hasil bumi Hindia Belanda menjadi lebih mudah.

    Setelah teknologi Telegraf, penggunaan Telepon juga mulai berkembang di Hindia
    Belanda sejak 1882 dan dimonopoli pemerintah sejak 1806. Selain pada bidang
    telekomunikasi, guna mempercepat pengangkutan hasil bumi, di Sumatera Selatan
    contohnya, pemerintah kolonial juga membangun jalur kereta api dari Kertapati (Palembang) ke Prabumulih (1914), berturut-turut kemudian dibangun jalur Tanjung Karang-Kota Bumi (1920), Prabumulih-Baturaja (1923), Muara Enim-Lahat (1924), Baturaja-Martapura (1925), Kotabumi-Negararatu (1926) dan lintas terakhir Negararatu-Martapura (1927).

    Dengan demikian lintas Palembang-Panjang diselesaikan sepanjang 529 km. Salah satu dampaknya ialah pada tahun 1927 sebagian kopi rakyat daerah dataran tinggi bagian selatan (Ranau, baturaja, dan Martapura) diangkut ke Palembang dengan kereta api, tidak lagi menggunakan kapal atau perahu.

    Saat ini Indonesia telah merdeka, maka tema yang berkaitan dengan masalah teknologi tidak lagi sebatas masalah eksploitasi hasil bumi sebagaimana yang terjadi di era penjajahan Belanda itu.

    Indonesia Modern : Bijak Menggunakan Teknologi

    Indonesia saat ini mengalami era Abundance of Information atau ‘Banjir Informasi’ sebagai akibat dari kemajuan teknologi. ‘Ponsel Pintar’ Laptop, maupun Tab sudah menjadi Perkakas ‘wajib’ bagi manusianya, hal ini juga nampak di tengah masyarakat Sumatera Selatan.

    Dengan kemampuan mengakses jaringan internet, bermacam jenis informasi dapat
    dijangkau dengan mudah. Masalah yang muncul ialah banyak sekali ditemukan konten-konten yang berisi informasi tidak kredibel bahkan Hoax maupun juga yang menyebarkan kebencian sesama. Keadaan ini diperparah dengan skema bisnis iklan yang berdasarkan pada trafik situs / konten, semakin tinggi trafik maka semakin banyak profit (untung) yang didapat.

    Tidak heran jika informasi yang seharusnya memberi manfaat bagi intelektual manusia, hanya sebatas menjadi ‘komoditas’ semata, selama memenuhi ‘kebutuhan pasar’ tanpa
    meninjau validitas, asal ditulis dan disebarkan.

    Belum lagi dengan adanya data bahwa Indonesia menempati peringkat ke-4 pengguna Facebook terbanyak (sumber : www.batchego.com ) namun ranking PISA (Programme for International Student Assessment) – diinisiasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) – yakni sistem ujian untuk mengukur seputar pengetahuan dan pengaplikasian ilmu peserta didik, Indonesia berada di peringkat 9 terbawah dari 72 negara (2015). Sungguh malang nasib negeri ini jika pemanfaatan teknologi justru berubah menjadi “kejahatan mesin” yang akan memperbudak manusianya. Kondisi tersebut apabila dibiarkan dapat membawa rakyat negeri ini “kembali terjajah” karena mereka menjadi mudah
    terkooptasi hingga terprovokasi akibat informasi yang kurang kredibel.


    Informasi Positif : Literasi, dan Menjaga Kemerdekaan Dampak lebih jauh yang akan terjadi dari persebaran informasi-informasi negative adalah munculnya percik-percik disintegrasi yang dapat merusak tatanan maupun persatuan bangsa. Langkah-langkah nyata yang penting untuk digalakkan harus terkait dengan kebutuhan intelektual masyarakat.

    Pertama ialah memajukan bidang literasi dengan menghimbau khalayak umum agar gemar membaca sumber-sumber bertema integritas nasional yang banyak dimuat dalam buku-buku kesejarahan. Kedua ialah mendukung generasi muda untuk menulis, hal ini bisa dilakukan dengan pemberdayaan komunitas-komunitas menulis dengan memberi pelatihan kepada para penulis muda dan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada mereka dalam bidang publikasi (penerbitan).

    Ketiga adalah mengenai akses / keterjangkauan literatur, sederhananya pemerintah mesti menerapkan semacam program guna memberikan subsidi bagi buku-buku yang bertema kepribadian bangsa, maka nanti seluruh lapisan masyarakat akan terbiasa membaca buku. Usaha-usaha itu
    diharapkan akan membuat kita ‘Tetap Merdeka’ di era Abundance of Information ini.

    Referensi Pilihan :
    Besari, M. Sahari, Teknologi di Nusantara : 40 Abad Hambatan Inovasi , Jakarta : Penerbit Salemba, 2008. Country Note (Indonesia) Results from PISA 2015 by OECD. Zed, Mestika, Kepialangan Politik dan Revolusi Palembang 1900-1950, Jakarta : Pustaka LP3Es, 2003.
    Komentar

    Tampilkan

    BREAKING NEWS