masukkan script iklan disini
JAKARTA, PP - Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri, Komjen Pol. Ari Dono Sukmanto menegaskan, masyarakat untuk tidak terprovokasi bahkan memprovokasi lagi. Khususnya terkait dengan kabar hoaks mengenai berbagai peristiwa kekerasan terhadap pemuka agama yang marak belakangan ini.
"Jangan terpancing provokasi lalu kemudian malahan balik memprovokasi melalui opini atas kabar kasus kekerasan terhadap pemuka agama," tegas Ari dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu (21/2/2018).
Ari menyatakan, dengan menebar opini kembali terkait peristiwa itu justru meluputkan esensi.
"Mengaitkan peristiwa itu dalam bingkai seolah-olah besar, justru kontra produktif. Sebabnya, justru jadi terjebak dalam pusaran yang lari dari esensi yaitu menjaga Indonesia melalui penyuksesan program pemerintah yang lebih membutuhkan fokus saat ini," kata Ari.
Ari melanjutkan, Polri sendiri tak berpangku tangan dengan terus menggali data dan fakta atas peristiwa itu.
"Percayakan pada aparat bahwa menggali agar mengungkapkan ini semua bukan seperti membalikkan telapak tangan. Data dan fakta yang nantinya disampaikan kepada masyarakat, harus konkrit agar justru tak malahan menjadi hoaks," lanjutnya.
Berdasarkan data yang dimiliki Bareskrim Mabes Polri, sudah ada 21 peristiwa kekerasan terhadap pemuka agama. Di Aceh, Banten, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, misalnya, masing-masing kota itu terjadi 1 peristiwa. Lalu Jawa Timur sebanyak 4 peristiwa. Paling banyak di Jawa Barat yaitu 13 peristiwa.
"Hasil penelusurannya, seluruh peristiwa itu murni kriminal biasa. Pelaku, modus hingga motifnya beragam dan tak ada kecenderungan seperti yang selama ini jadi pembicaraan masyarakat. Justru masyarakat malah terjebak dengan agenda sebenarnya jika terus membicarakan ini," papar Ari.
Ditanyakan mengenai siapa penjebak masyarakat itu, Ari justru tersenyum.
"Pasti akan terungkap. Saat ini kami sedang dalami terus para penggoreng isu lalu mereka sendiri yang sebarkan isu itu. Terpenting, justru seharusnya masyarakat melontarkan pertanyaannya adalah 'siapa sutradara yang menggoreng lalu menyebarkan isu sendiri itu?'. Agar tak terjebak lagi polemik kontra produktif," tutupnya.