masukkan script iklan disini
PRABUMULIH, PP - Hasil survei calon legislatif Prabumulih yang baru digelar Litbang Posmetro Prabu belum lama ini mendapati bahwa peta politik 2019 masih didominasi wajah lama. Hal ini disebabkan belum ditemukannya anggota Parlemen Kota Prabumulih yang menyatakan pencalonannya ke tingkat lebih tinggi semisal ke DPRD Provinsi atau DPR RI.
Intinya, 25 anggota DPRD Kota Prabumulih dipastikan masih bertahan dan maju kembali sebagai Caleg pada pemilu 2019. Belum lagi nama Politisi Partai Hanura Kamirul, SE yang tercatat sebagai Anggota DPRD Provinsi Sumsel periode 2014 juga digadang-gadang bakal turut ambil bagian meramaikan bursa calon legislatif Kota Prabumulih 2019. Hitung-hitungannya, 26 Anggota DPRD wajah lama bakal kembali bertarung merebut dan mempertahankan kursi masing-masing di Parlemen.
Lantas bagaimana peluang penantang baru dan Politisi muda meraih kursi di DPRD Kota Prabumulih?
Perkembangan dinamika Politik pasca Pemilukada serentak 2018 di Sumatera Selatan (Sumsel) dan Prabumulih pada umumnya telah banyak memunculkan nama-nama politisi muda baik pria maupun wanita ke permukaan. Semisal dua nama kaum perempuan muda Prabumulih yang di era zaman now disebut Mamah Muda kini namanya sedang bersinar di tengah masyarakat.
Dua Mamah Muda ini oleh beberapa pengamat menilai berpotensi besar menjadi anggota Legislatif Kota Prabumulih periode 2019-2024. Politisi Muda dari kaum perempuan seperti Hana Monica (Caleg DPRD Prabumulih) dan Hj. Lies Shanti Gasela (Calon DPD RI) di prediksi bakal mampu meraih simpati konsituen pada pemilu 2019 mendatang.
Merujuk pada 30 persen keterwakilan kaum perempuan dalam pencalonan anggota Legislatif, maka peluang tokoh perempuan muncul sebagai wakil rakyat alternatif sangat terbuka lebar. Karena itu, sudah saatnya tokoh perempuan bersaing di pentas politik legislatif 2019.
Pengamat Politik Prabumulih Pohan Maulana kepada Posmetro Prabu mengatakan, Pesta Demokrasi Pemilu Legislatif 2019 bisa diambil sebagai kesempatan emas bagi para Politisi perempuan muda untuk menduduki kursi legislatif di daerah maupun nasional.
“Perjalanan reformasi yang kita lalui sudah cukup panjang dan telah melewati lima kali masa pemilu. Dari perjalanan itu, para figur muda sudah mendapat banyak pengalaman dan banyak pelajaran sehingga 2019 adalah saatnya para politisi perempuan tampil di depan” ujarnya.
Kualifikasi kepemimpinan dan daya saing perempuan di era digital saat ini sangat dibutuhkan untuk mewakili suara kaum perempuan nasional, termasuk di instansi pemerintahan. “Saat ini keterwakilan perempuan sangat dibutuhkan dan karena itu porsi perempuan dalam pembangunan bangsa ke depan akan semakin banyak. Figur perempuan itu itu sangat dinamis, memiliki karakter serta kemampuan berkompetisi" ujar Pohan.
Dikatakan, keterwakilan perempuan dalam kancah politik 2019 akan menjadi modal utama dalam pembangunan Indonesia ke depan. Kaum perempuan lanjut dia, sebenarnya sudah menancapkan kiprahnya di dunia politik sejak dibukanya keran demokrasi melalui Reformasi 1998. Diharapkan kondisi ini akan menciptakan persaingan sehat dan positif, tidak hanya antara politikus muda dan tua, tapi juga kompetisi antarsesama politisi muda.
Pada intinya keterwakilan politisi perempuan dalam pengelolaan pemerintahan melalui Legislatif cukup terbuka lebar meski seluruh keputusan berada ditangan rakyat. Tinggal lagi kemampuan pada tokoh tersebut mendekatkan diri terhadap rakyat melalui berbagai program unggulan sebagai landasan utama meraih simpatisan dan suara pada pemilu legislatif nanti.