masukkan script iklan disini
JAKARTA, PP - Kegiatan Peningkatan Kompetensi TIK bagi Sekolah Garis Depan (3T) yang berlangsung di Jakarta 27-30 Nopember 2018 telah berakhir. Kegiatan ini menghadirkan pembicara yang merupakan pakar pendidikan Bapak Hasan Chabibie yang dikenal sebagai penulis seputar dunia literasi digital dan juga menjabat sebagai Kasubid Pengkajian dan Perancangan Bidang Pengembang Jejaring. Hasan Chabibie menyampaikan materi THE ROLE OF ICT IN TODAY’S Open & On-Line Learning.
Pada materi ini Hasan memaparkan terobosan yang telah dilakukan Kemdikbud dalam memberikan layanan TIK bagi pelaku pendidikan mulai dari siswa, orang tua, guru dan tenaga kependidikan (GTK), sekolah dan pihak terkait lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Bahkan Kemdikbud juga telah memfasilitasi teknologi pembelajaran bagi siswa disabilitas.
Hasan menjelaskan keberadaan siswa disabilitas merupakan suatu hal yang tidak dapat diprediksi. Oleh karenanya, seorang guru harus mempersiapkan diri untuk memfasilitasi siswa disabilitas untuk dapat ikut mengenyam pendidikan di sekolah. Pada bidang TIK, Pustekkom Kemdikbud telah mengeluarkan aplikasi bagi siswa tuna netra yang bernama Maju Netra.
Menurutnya mempersiapkan pendidikan bagi siswa disabilitas di daerah 3T adalah sebuah hal yang penting. Karena kehadiran siswa disabilitas adalah hal yang tidak dapat diprediksi. Terlebih lagi di daerah 3T yang mana Sekolah Luar Biasa (SLB) berada di pusat kota dan cukup jauh untuk ditempuh.
“Kehadiran siswa disabilitas bukanlah sebuah hal yang dapat diprediksi dan bisa hadir kapan saja. Misalnya saat terjadi bencana atau kecelakaan yang menyebabkan keadaan seorang siswa menjadi disabiltas. Untuk itu, bapak/ibu sekalian perlu mempersiapkan diri agar pendidikan dapat dirasakan oleh setiap siswa,” papar Hasan.
Dalam lanjutan materinya, Hasan menjelaskan jika pemanfaatan TIK dan pendidikan inklusi bagi guru 3T yang dilakukan oleh Kemdikbud merupakan sebuah bentuk optimalisasi fungsi pemerintah sebagai pihak pendukung dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik di era digital saat ini. Hal ini menandakan bahwa negara hadir dalam menciptakan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Untuk itu, para guru 3T agar dapat memaksimalkan seluruh bantuan yang diberikan Kemdikbud untuk menciptakan lingkungan pembelajaran berbasis digital yang sesuai dengan kehidupan siswa pada saat ini termasuk kepada siswa penyandang disabilitas.
“Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga survei internasional menyatakan jika siswa yang berusia 11-16 tahun sangat menginginkan belajar di kelas dengan menggunakan gadget selama KBM di kelas, maka dengan itulah bapak dan ibu sekalian harus membangun lingkungan pembelaran digital di sekolah seperti yang disampaikan oleh Pak Kapustekkom pada sesi pembukaan kegiatan ini ”, ujar Hasan Chabibie.
Hasan juga memaparkan materi ini dalam pertemuan antar negara ASEAN yang bertajuk SEAMEO High Level Policy Forum on Open Educational Resource Global Digital Literacy 30 Nopember – 1 Desember 2018 di Bangkok, Thailand.
Hari Disabilitas Internasional
Sementara itu, Hari Disabilitas Internasional diperingati bersama pada 3 Desember 2018 sejak tahun 1992 yang didasari dengan Rsolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 47/3 tahun 1992. Peringatan ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan masyarakat akan persoalan-persoalan yang terjadi berkaitan dengan kehidupan para penyandang disabilitas (Tribunnews.com).
Kepedulian terhadap kaum Disabilitas di Indonesia semakin meningkat. Hal ini terlihat dengan banyaknya kepedulian terhadap kaum disabilitas mulai dari pengadaan fasilitas umum yang ramah disabilitas hingga kesempatan berkarya. Salah satunya penyelenggaraan penerimaan CPNS bagi kaum disabilitas dan suksesnya penyelenggaraan Asian Para Games 2018 di Indonesia.
Bahkan Kemdikbud sendiri telah membentuk Direktorat Khusus yang membidangi siswa disabilitas.
Direktorat ini juga melakukan kolaborasi dengan satuan kerja termasuk Pustekkom untuk mengkampanyekan kepedulian terhadap kaum disabilitas. Seperti yang dilakukan Hasan di hadapan 26 guru yang berasal dari sekolah penerima manfaat internet USO dari daerah 3T hingga forum pertemuan negara ASEAN.