masukkan script iklan disini
JAKARTA, PP - PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI) memastikan terus melakukan inovasi layanan dan pengembangan bisnis agar kinerja perusahaan semakin baik dan memberi kontribusi signifikan bagi masyarakat dan pemegang saham.
Wilson Sofan, Direktur Pengembangan Bisnis RELI menjelaskan, RELI memokuskan ke divisi Investment Banking (IB) yang nantinya akan banyak fokus di IPO development board dengan layanan end to end.
Untuk divisi equitas sendiri, kata Wilson, akan berjalan pararel antara retail dan korporasi. Salah satu strategi yang akan digunakan, dengan mengutilisasi kemajuan teknologi dan trend digital yang sedang ramai digandrungi masyarakat.
“Tujuannya tentunya memberikan kemudahan dan kepuasan customer journey bagi para nasabah dan calon nasabah kami dalam mengakses produk-produk yang tidak hanya ditawarkan oleh Reliance Sekuritas tetapi juga produk-produk yang ditawarkan oleh bisnis unit lainnya yang ada dibawah naungan Reliance Capital Management,” jelas Wilson, dalam keterangan pers, Jumat (25/1).
Untuk rencana RELI mengembangkan divisi investment banking, beberapa calon prospek sedang digarap. Pada tahun ini, RELI optimis ada beberapa MOU yang dapat ditandatangani baik berupa persiapan pre IPO atau proses IPO. Adapun untuk sektor-sektornya belum bisa disclosed karena belum ada kesepakatan hitam di atas putih.
“Namun untuk fokusnya, kami akan menyasar pada emiten-emiten dikategori papan pengembangan atau malah akan menyasar ke papan akselerasi yang peraturannya sedang digodok oleh Bursa dan OJK,” ucap Wilson.
Di tengah tahun politik, ia memberi saran agar investor, selektif dan benar-benar mencermati perkembangan pasar. Menyikapi kondisi politik pilpres yang akan mewarnai iklim investasi di tahun ini, kata Wilson, memang harus selektif, tidak hanya dalam memilih saham tetapi juga dalam menentukan entry point.
Secara siklus, setiap periode pemilihan presiden memang market akan cenderung sepi, terutama mendekati detik-detik pemilu. Pada periode ini investor disarankan untuk mengurangi leverage karena biasanya volatilitas akan menurun terutama bagi investor -investor jangka pendek.
Namun setelah puncak acara pesta demokrasi berakhir, biasanya volatilitas dan likuiditas pasar akan kembali bangkit. Jadi untuk investor jangka panjang dengan time horizon lebih dari 1 tahun bukan merupakan masalah untuk memiliki posisi.
Nah, selanjutnya adalah tinggal bagaimana kondisi makro global dan makro domestik yang akan mendorong pergerakan pasar. Secara global, kondisi Amerika yang sudah mulai memasuki titik overheat yang diperkirakan akan berpuncak di kuartal tiga 2019, akan menjadi faktor yang menguntungkan bagi pasar emerging yakni salah satunya Indonesia.
Kondisi ini diperkirakan akan semakin mengurangi potensi the FED untuk meningkatkan suku bunga acuan bahkan dapat cenderung mulai mengarah pada penurunan selepas 3Q2019.
“Dari hal ini pun kita dapat berasumsi bahwa animo BI untuk meningkatkan suku bunga pun akan berkurang. Kondis ini yang akan kembali meningkatkan gairah investasi di pasar saham dan obligasi,” ujarnya.
Nah, untuk sentimen tambahan dari makro domestik tentunya adalah kebijakan pemerintahan yang baru atau yang baru diperpanjang. Jika kebijakannya pro terhadap pasar, tentunya akan semakin memberikan dorongan positif bagi pasar. Ia memprediksi, BI mungkin akan mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga paling tidak di semester 2 2019, dan jika terrealisasi maka arus investasi ke pasar modal akan kembali deras.
“Namun tentunya pada kondisi ini ada beberapa saham-saham yang cenderung defensif, kami masih melihat sektor konsumer good sebagai salah satu sektor yang defensif terhadap kondisi yang mewarnai tahun 2019 ini,” jelasnya.