masukkan script iklan disini
POSMETRO, PRABUMULIH - Partai Golkar Sumsel berencana akan menggelar Musyawarah Daerah ( Musda) untuk menentukan siapa sosok Ketua DPD Partai Golkar Sumsel beserta kepengurusannya periode 2020-2025 menggantikan H. Alex Noerdin. Rencana Musda sendiri telah dijadwalkan oleh panitia pada 29 February 2020 di Hotel Exelton Palembang.
Catatan Posmetro, Partai Golkar Sumsel selama ini memiliki tradisi dalam suksesi pemilihan Ketua DPD Partai berlambang pohon beringin tersebut. Setidaknya, beberapa kali Musda selalu menghasilkan ketua DPD melalui proses aklamasi. Bahkan tradisi tersebut telah dilakukan selama tiga periode. Saat itu H. Alex Noerdin Mantan Gubernur Sumsel terpilih secara aklamasi menakhodai Golkar Sumsel hingga tiga periode berturut-turut.
Namun di 2020 tradisi aklamasi pemilihan ketua DPD Golkar Sumsel bisa jadi tak berlaku meski peluangnya sangat tipis. Sebab sejauh ini tercatat ada tiga nama yang masuk dalam bursa pencalonan Ketua DPD Golkar Sumsel. Sosok-sosok tersebut juga sangat berpeluang besar untuk menjadi ketua Partai dan membesarkan Partai Golkar Sumsel menjadi Pemenang Pemilu dan Pemilukada di Bumi Sriwijaya ini.
Sebut Saja Ir. H. Ridho Yahya, MM. Sosok Ridho Yahya yang juga Walikota Prabumulih itu sejauh ini sudah sangat dikenal di tengah masyarakat Sumatera Selatan. Prestasinya di Pemerintahan sudah tidak bisa diragukan. Bahkan puluhan penghargaan tingkat Nasional senantiasa menghampiri Kota Prabumulih berkat kerja Keras Ridho Yahya menakhodai Kapal Besar seperti Kota Prabumulih.
Peluang untuk membesarkan Partai Golkar Sumsel tentu saja sangat besar, sebab selain berprestasi di bidang Pemerintahan, Suami dari Sri Ngesti Rahayu Ridho Yahya itu juga telah berhasil menjadikan Partai Golkar Prabumulih sebagai Pemenang Pemilu Pada 2019 Silam dengan raihan kursi legislatif terbanyak sepanjang sejarah Kota Prabumulih.
Ditangan Ridho Yahya, Golkar mampu merajai kursi legislatif Prabumulih yang sebelumnya di kuasai PPP dan PDI Perjuangan. Kemudian pada Pemilukada 2018, Ketua DPD II Partai Golkar Prabumulih ini juga menjadi calon tunggal dan lagi-lagi berhasil mencatat sejarah baru Politik Pemilihan Kepala Daerah di Sumsel. Hal itu tentu saja bukan tanpa sebab. Selain memiliki segudang prestasi, Ridho Yahya juga mendapatkan survey tertinggi perolehan suara maupun survey elektabilitas yang digelar berbagai lembaga survei. Popularitas dan elektabilitas Ridho Yahya cukup tinggi dan jauh mengalahkan kandidat calon lain yang berencana maju baik melalui jalur partai maupun jalur independent.
Membahas Musda Golkar Sumsel 2020, Pengamat politik dan Kebijakan Publik Kota Prabumulih sekaligus Direktur Eksekutif Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Posmetro Grup, Pohan Maulana mengamini fenomena pemilihan Ketua DPD Partai Golkar Sumsel 2020 bakal berlangsung tanpa aklamasi.
Menurut dia, mekanisme aklamasi sebenarnya dimaksudkan untuk menangkal politik uang, politik transaksional, atau politik “dagang sapi”. Indikator aklamasi, kata dia, selalu menandakan kesamaan visi, misi, serta program partai, bukan nilai transaksi.
“Mekanisme ini saya kira sengaja diadopsi agar tidak ada transaksi politik. Pertama, karena memang kontribusi nyata para kandidat calon untuk Golkar Sumsel sudah sangat nyata. Kedua, ada penjagaan positioning untuk kestabilan gerakan partai” ujar Pohan Maulana.
Namun pada Musda Golkar Sumsel kali ini, Pohan berpendapat ada unsur pembeda antara ketiga kandidat calon Seperti Ir, H. Ridho Yahya MM, Kahar Mujakir dan Dr. Dodi Reza Alex Noerdin. Unsur tersebut terlihat dari pola kepemimpinan dan isu yang dibangun kandidat untuk memajukan Sumsel.
Selama ini, Ketua Golkar Sumsel Alex Noerdin mengedepankan isu Ekonomi kreatif dan Olahraga dalam berbagai kesempatan. Termasuk, saat memimpin Golkar Sumsel lima tahun terakhir.
Sementara, Ridho Yahya menurut dia, terlihat memiliki kepedulian lebih terhadap isu Kemiskinan dan Peningkatan Ekonomi Kerakyatan serta Infrastruktur. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang dirinya yang berasal dari disiplin ilmu bidang tehnik.
“Aspek Peningkatan Ekonomi kerakyatan ini tentu saja sangat berpeluang besar untuk memimpin Gokar Sumsel lima tahun mendatang. Tentu saja, sifatnya meneruskan karena pola baik Ridho Yahya maupun Kandidat lain harus berdasarkan AD/ART Partai,” ujarnya.
Kepatuhan terhadap AD/ART Partai, menurut Pohan, akan menciptakan penerimaan dari kader Golkar Sumsel. Meskipun dirinya tidak menampik bahwa akseptabilitas itu pun masih dipengaruhi oleh Alex Noerdin sebagai pendahulu.
“Golkar itu partai modern, kepatuhan terhadap AD/ART sangat penting. ini akan menimbulkan penerimaan kader terhadap apapun keputusan Musda Golkar Sumsel nanti. Kalaupun ada perbedaan persepsi, itu bisa diatasi dengan sikap akomodatif” katanya.
Calon Ketua DPD Partai Golkar Sumsel, Ridho Yahya yang dikonfirmasi portal ini mengaku siap memajukan Golkar sesuai mekanisme dan AD/ART Partai. Bahkan beberapa program sudah ia susun untuk memajukan Partai Golkar kedepan termasuk memenangi Pemilu dan Pemilukada Serentak Sumsel 2020. "Jika kesempatan dan seluruh DPD II merestui Insya Allah kita siap membesarkan Partai ini kedepan" ujarnya.
Namun begitu Ketua DPD II Golkar Kota Prabumulih ini juga menyatakan siap mengundurkan diri dari bursa pencalonan Ketua DPD I Golkar Sumsel Sabtu besok (29/02/2020). Alasannya, Ridho Yahya mengaku lebih mengutamakan keutuhan partai ketimbang persaingan yang berujung menimbulkan perpecahan dan blok-blok antar kader partai Golkar.
"Bagi saya keutuhan partai Golkar lebih utama ketimbang persaingan, maka dari itu saya siap tidak mencalonkan diri. Jika persaingan menimbulkan perpecahan di tubuh partai, dalam percalonan Ketua DPD I Partai Golkar Sumsel,” Ungkapnya.
Sebagai kader Partai, Ridho Yahya mengaku hanya menjalankan amanat Partai dan bekerja demi kesejahteraan masyarakat yang dipimpinnya di Kota Prabumulih. Kesejahteraan rakyat juga merupakan amanat terpenting Partai Golkar sebagaimana motto Partai yang berbunyi Suara Golkar Suara Rakyat.
"Saya hanya bisa berharap Keutuhan di dalam tubuh partai bisa meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan partai kepada masyarakat. Sebagaimana motto partai Suara Golkar Suara Rakyat" pungkasnya.
Catatan Posmetro, Partai Golkar Sumsel selama ini memiliki tradisi dalam suksesi pemilihan Ketua DPD Partai berlambang pohon beringin tersebut. Setidaknya, beberapa kali Musda selalu menghasilkan ketua DPD melalui proses aklamasi. Bahkan tradisi tersebut telah dilakukan selama tiga periode. Saat itu H. Alex Noerdin Mantan Gubernur Sumsel terpilih secara aklamasi menakhodai Golkar Sumsel hingga tiga periode berturut-turut.
Namun di 2020 tradisi aklamasi pemilihan ketua DPD Golkar Sumsel bisa jadi tak berlaku meski peluangnya sangat tipis. Sebab sejauh ini tercatat ada tiga nama yang masuk dalam bursa pencalonan Ketua DPD Golkar Sumsel. Sosok-sosok tersebut juga sangat berpeluang besar untuk menjadi ketua Partai dan membesarkan Partai Golkar Sumsel menjadi Pemenang Pemilu dan Pemilukada di Bumi Sriwijaya ini.
Sebut Saja Ir. H. Ridho Yahya, MM. Sosok Ridho Yahya yang juga Walikota Prabumulih itu sejauh ini sudah sangat dikenal di tengah masyarakat Sumatera Selatan. Prestasinya di Pemerintahan sudah tidak bisa diragukan. Bahkan puluhan penghargaan tingkat Nasional senantiasa menghampiri Kota Prabumulih berkat kerja Keras Ridho Yahya menakhodai Kapal Besar seperti Kota Prabumulih.
Peluang untuk membesarkan Partai Golkar Sumsel tentu saja sangat besar, sebab selain berprestasi di bidang Pemerintahan, Suami dari Sri Ngesti Rahayu Ridho Yahya itu juga telah berhasil menjadikan Partai Golkar Prabumulih sebagai Pemenang Pemilu Pada 2019 Silam dengan raihan kursi legislatif terbanyak sepanjang sejarah Kota Prabumulih.
Ditangan Ridho Yahya, Golkar mampu merajai kursi legislatif Prabumulih yang sebelumnya di kuasai PPP dan PDI Perjuangan. Kemudian pada Pemilukada 2018, Ketua DPD II Partai Golkar Prabumulih ini juga menjadi calon tunggal dan lagi-lagi berhasil mencatat sejarah baru Politik Pemilihan Kepala Daerah di Sumsel. Hal itu tentu saja bukan tanpa sebab. Selain memiliki segudang prestasi, Ridho Yahya juga mendapatkan survey tertinggi perolehan suara maupun survey elektabilitas yang digelar berbagai lembaga survei. Popularitas dan elektabilitas Ridho Yahya cukup tinggi dan jauh mengalahkan kandidat calon lain yang berencana maju baik melalui jalur partai maupun jalur independent.
Membahas Musda Golkar Sumsel 2020, Pengamat politik dan Kebijakan Publik Kota Prabumulih sekaligus Direktur Eksekutif Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Posmetro Grup, Pohan Maulana mengamini fenomena pemilihan Ketua DPD Partai Golkar Sumsel 2020 bakal berlangsung tanpa aklamasi.
Menurut dia, mekanisme aklamasi sebenarnya dimaksudkan untuk menangkal politik uang, politik transaksional, atau politik “dagang sapi”. Indikator aklamasi, kata dia, selalu menandakan kesamaan visi, misi, serta program partai, bukan nilai transaksi.
“Mekanisme ini saya kira sengaja diadopsi agar tidak ada transaksi politik. Pertama, karena memang kontribusi nyata para kandidat calon untuk Golkar Sumsel sudah sangat nyata. Kedua, ada penjagaan positioning untuk kestabilan gerakan partai” ujar Pohan Maulana.
Namun pada Musda Golkar Sumsel kali ini, Pohan berpendapat ada unsur pembeda antara ketiga kandidat calon Seperti Ir, H. Ridho Yahya MM, Kahar Mujakir dan Dr. Dodi Reza Alex Noerdin. Unsur tersebut terlihat dari pola kepemimpinan dan isu yang dibangun kandidat untuk memajukan Sumsel.
Selama ini, Ketua Golkar Sumsel Alex Noerdin mengedepankan isu Ekonomi kreatif dan Olahraga dalam berbagai kesempatan. Termasuk, saat memimpin Golkar Sumsel lima tahun terakhir.
Sementara, Ridho Yahya menurut dia, terlihat memiliki kepedulian lebih terhadap isu Kemiskinan dan Peningkatan Ekonomi Kerakyatan serta Infrastruktur. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang dirinya yang berasal dari disiplin ilmu bidang tehnik.
“Aspek Peningkatan Ekonomi kerakyatan ini tentu saja sangat berpeluang besar untuk memimpin Gokar Sumsel lima tahun mendatang. Tentu saja, sifatnya meneruskan karena pola baik Ridho Yahya maupun Kandidat lain harus berdasarkan AD/ART Partai,” ujarnya.
Kepatuhan terhadap AD/ART Partai, menurut Pohan, akan menciptakan penerimaan dari kader Golkar Sumsel. Meskipun dirinya tidak menampik bahwa akseptabilitas itu pun masih dipengaruhi oleh Alex Noerdin sebagai pendahulu.
“Golkar itu partai modern, kepatuhan terhadap AD/ART sangat penting. ini akan menimbulkan penerimaan kader terhadap apapun keputusan Musda Golkar Sumsel nanti. Kalaupun ada perbedaan persepsi, itu bisa diatasi dengan sikap akomodatif” katanya.
Calon Ketua DPD Partai Golkar Sumsel, Ridho Yahya yang dikonfirmasi portal ini mengaku siap memajukan Golkar sesuai mekanisme dan AD/ART Partai. Bahkan beberapa program sudah ia susun untuk memajukan Partai Golkar kedepan termasuk memenangi Pemilu dan Pemilukada Serentak Sumsel 2020. "Jika kesempatan dan seluruh DPD II merestui Insya Allah kita siap membesarkan Partai ini kedepan" ujarnya.
Namun begitu Ketua DPD II Golkar Kota Prabumulih ini juga menyatakan siap mengundurkan diri dari bursa pencalonan Ketua DPD I Golkar Sumsel Sabtu besok (29/02/2020). Alasannya, Ridho Yahya mengaku lebih mengutamakan keutuhan partai ketimbang persaingan yang berujung menimbulkan perpecahan dan blok-blok antar kader partai Golkar.
"Bagi saya keutuhan partai Golkar lebih utama ketimbang persaingan, maka dari itu saya siap tidak mencalonkan diri. Jika persaingan menimbulkan perpecahan di tubuh partai, dalam percalonan Ketua DPD I Partai Golkar Sumsel,” Ungkapnya.
Sebagai kader Partai, Ridho Yahya mengaku hanya menjalankan amanat Partai dan bekerja demi kesejahteraan masyarakat yang dipimpinnya di Kota Prabumulih. Kesejahteraan rakyat juga merupakan amanat terpenting Partai Golkar sebagaimana motto Partai yang berbunyi Suara Golkar Suara Rakyat.
"Saya hanya bisa berharap Keutuhan di dalam tubuh partai bisa meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan partai kepada masyarakat. Sebagaimana motto partai Suara Golkar Suara Rakyat" pungkasnya.