masukkan script iklan disini
POSMETRO, LAHAT - Perubahan iklim yang menyebabkan bencana alam seperti banjir bandang di Kabupaten Lahat belakangan banyak menyita perhatian masyarakat Sumatera Selatan.
Banjir yang menelan korban dan harta benda serta infrastruktur itu mengakibatkan trauma panjang warga terdampak.
Hujan sedikit saja belakangan ini membuat warga was-was tingkat tinggi kalau-kalau kejadian banjir bandang yang sama terulang kembali.
“Jangan nyeyak igo nang tedok tuw !! Kalu gek ujan lebat” pesan Wardi (53) pada anak bungsunya yang baru hendak tidur malam itu.
Nasehat kepada sang bungsu menggambarkan kecemasan mendalam masih menghantui Wardi dan keluarga pasca Banjir Bandang menghantam perkampungan Gunung Kembang Kecamatan Kikim Timur Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan.
Mengapa tidak, kejadian yang tidak pernah ia inginkan sepanjang hayatnya berhasil memporakporandakan bangunan rumah serta pemikirannya. “Salahnya dimana kok ia bisa gempa di kampung kita buk. Apa iya benar karna alam kita sudah rusak dan tidak mau lagi bersahabat dengan manusia” katanya membuka obrolan dengan sang isteri.
Kepiluan masih terus melanda Wardi sebab seluruh harta benda yang ia punya tak lagi bersisa pasca bencana banjir. Beruntung ia selamat saat terjangan banjir menghampiri perkampungannya.
Sesekali bayangan alat berat yang membabat habis hutan di perbukitan melintas dalam lamunannya ketika suatu hari ia berangkat ke kebun.
Alat berat itu ada puluhan ditambah dengan truk-truk besar yang menggema manakala sedang beroperasi. Ia, alat tersebut adalah kepunyaan sebuah Perusahaan bernama PT.SERD yang melakukan kegiatan pegeboran untuk megambil panas bumi dalam Program Pembangkit Listrik Tenaga Uap.
Sebahagian kawasan yang berada di dekat perusahaan kini sudah gundul dan tak lagi hijau sebagaimana saat Wardi baru saja melangsungkan pernikahan 16 Tahun silam. Bahkan belakangan, penebangan hutan secara illegal kerap terjadi untuk memperluas jangkauan perusahaan melakukan ekplorasi.
Senada dengan bayangan Wardi, pasca banjir bandang yang menerjang Lahat beberapa waktu lalu juga banyak direspon oleh masyarakat. Bahkan di empat wilayah terdampak bencana, warga mulai menggelorakan perlawanan agar izin PT.SERD segera dicabut demi kelestarian lingkungan hidup.
Sebut saja Asnadi (43) salah satu Tokoh masyarakat Semende dan Pagaralam mulai menyerukan agar Pemerintah Daerah di empat wilayah terdampak bencana seperti Kota Pagaralam, Kabupaten Lahat, Kabupaten Empat Lawang dan Kabupaten Muara Enim khususnya anggota DPRD yang membidangi masalah Lingkungan dan Hutan Lindung segera bergerak dan bertindak menyikapi keluhan masyarakat terkait masalah lingkungan yang berdampak besar terhadap kesejahteraan masyarakat.
Tindakan pengrusakan hutan lindung untuk memperluas jangkauan Aktifitas ekplorasi PT.SERD melakukan pegeboran demi energi panas bumi dinilai telah menyalahi aturan dan telah melanggar UU.
Luas lahan yang diberikan oleh menteri kehutanan dalam operasional perusahaan semula hanya 91 Hektar dan belakangan diketahui telah bertambah menjadi 115 Hektar. Hal ini terkuak setelah Anggota DPRD Lahat melakukan investigasi lapangan belum lama ini.PT.SERD dengan sengaja dan tanpa izin membabat hutan lindung untuk pembagunan perluasan kawasan perusahaan tanpa disertai pegalihan hutan lindung untuk dihutankan kembali,
Akibatnya, resapan air di daerah aliran sungai semakin berkurang dan tak mampu menahan tekanan debit air saat musim hujan yang mengakibatkan sungai meluap dan menerjang segala penjuru hingga menggenangi dan memporakporandakan pemukiman warga di sekitar aliran sungai. Belum lagi sistem pengeboran yang dilakukan perusahaan yang tidak banyak diketahui masyarakat awam. Termasuk menyangkut kedalaman pengeboran dan sistem pengeboran yang kerap tidak sesuai dengan standart pengeboran.
Sejauh ini diketahui ada 12 titik Pegeboran Geothermal dalam penyerapan energi panas bumi dengan kedalaman yang tidak diketahui secara pasti dan sewaktu-waktu bisa saja menimbulkan bencana besar lebih dari sekedar banjir bandang. Informasi kedalaman pengeboran juga masih simpang siur. Mulai dari puluhan meter hingga mencapai ratusan meter.
Salah satu contoh ialah pegeboran Geothermal energi panas bumi yang dilakukan PT.SERD dan diarahkan ke Desa Talang Kubangan Kota Pagaralam yang merupakan salah satu jalur yang berjarak 7 --12 Kilo meter menuju Gunung Dempo.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Pemerintah di empat wilayah terdampak bencana segera dapat menyatukan suara dan pemikiran menghantikan izin operasional PT. SERD dan segera angkat kaki dari permukaan.
“Ini demi masa depan masyarakat empat wilayah. dan jika Atifitas PT.SERD masih dipertahankan kami tidak yakin bisa tinggal dengan nyaman di daerah ini sebab belakangan perubahan iklim kian terasa dengan kehadiran PT. SERD di Lahat” pungkasnya seraya berharap Pemerintah segera bertindak. **idham/novita