POSMETRO.ID | PRABUMULIH – Langkah Calon Walikota (Cawako) Prabumulih Nomor Urut 1 H.Arlan, untuk memamerkan empat isterinya dalam kampanye terbaru justru berujung blunder. Alih-alih mendapatkan simpati, aksi ini menuai kritik tajam dari netizen setelah viral di media sosial, terutama setelah dibahas di akun Instagram @lambe_turah. Netizen ramai-ramai "menggoreng" isu ini dengan berbagai komentar pedas.
Akun @lambe_turah mengunggah cuplikan dari kampanye Arlan yang memperlihatkan dirinya didampingi keempat isteri. Unggahan ini sontak memicu gelombang kritik. Sejumlah netizen mempertanyakan etika Arlan yang mencantumkan satu isteri di KPU, namun secara terbuka memperkenalkan empat isteri di hadapan publik.
Salah satu komentar yang menarik perhatian adalah dari akun @netizen1 yang menuliskan, "Isteri aja dimadu, apalagi rakyat. Mungkin nanti kebijakan pun bisa diperlakukan sama." Komentar ini langsung mendapatkan ribuan likes dan memicu perdebatan di kolom komentar.
Netizen Menggoreng Blunder Arlan
Tak hanya itu, akun @netizen2 turut berkomentar, "Kok bisa calon pemimpin punya empat istri malah dijadikan bahan kampanye? Apa ini contoh yang mau ditunjukkan?" Komentar ini menambah panas situasi di media sosial. Reaksi publik semakin tak terkendali, dengan banyaknya kritik terhadap keputusan Arlan yang dianggap blunder dalam mengelola pencitraan.
Beberapa netizen menilai bahwa Arlan telah kehilangan kesempatan untuk membangun kepercayaan masyarakat. Akun @netizen3 bahkan menyindir, "Kalau urusan keluarga saja tidak jelas, gimana mau pimpin kota? Transparansi dari sekarang udah dipertanyakan."
Di sisi lain, ada juga yang mencoba meredam suasana. Salah satu netizen, @netizen4, berkomentar, "Poligami itu hak pribadi, nggak usah dihubung-hubungkan sama kepemimpinan. Fokus sama visi misinya aja."
Blunder yang Mengganggu Kampanye
Meski beberapa pendukung berusaha membela Arlan, tekanan dari publik tidak bisa diabaikan. Banyak yang mempertanyakan, apakah dengan menampilkan empat isteri dalam kampanye, Arlan justru menunjukkan ketidakpekaan terhadap persepsi masyarakat.
Seorang pengamat politik lokal menilai, “Ini jelas blunder kampanye. Di tengah masyarakat yang semakin kritis, seharusnya tim sukses Arlan lebih berhati-hati dalam menampilkan citra calon. Isu seperti ini bisa digoreng terus menerus oleh lawan politik dan netizen, sehingga menciptakan persepsi negatif yang sulit dikendalikan.”
Hingga kini, tim kampanye Arlan belum memberikan tanggapan resmi terkait polemik ini. Namun, satu hal yang pasti, blunder ini telah menjadi bahan bakar bagi netizen dan lawan politik untuk terus mempersoalkan langkah kampanye Arlan.
Polemik yang Terus Berkembang
Dengan semakin banyaknya komentar di media sosial, publik Prabumulih akan terus memantau langkah selanjutnya dari Arlan dan tim kampanyenya. Apakah ia akan merespon dengan klarifikasi atau membiarkan isu ini berkembang liar di tangan warganet?
Isu ini menjadi peringatan bahwa di era digital, setiap langkah dalam kampanye harus dipertimbangkan matang-matang agar tidak menjadi bumerang yang merugikan.
